elite politik

Secercah Harapan

Posted on Updated on

Oh hati…
Oh nurani
Dengarkanlah risau kalbu yang tak bertepi
Akan kebimbangan tentang hakikat sebuah arti

Arti sebuah realita yang senantiasa mengundang tanya di relung kalbu
Kala melihat alam menyapa dengan lesu
Tidak bersahabat dan mengundang jemu
Hingga menambah gurat-gurat semu di wajah yang sendu

Wahai seluruh jiwa yang padam membisu!!!
Mengapakah hati yang suci kini menjadi kelabu?
Mengapakah sang nurani yang semestinya bak peri sekarang membeku?
Membuat minda terombang-ambing dalam ragu yang menderu

Tak mengerti!!!
Sungguh tak mengerti!!!
Karena kemilau duniawi
Mampu mengkhianati

Tergugu, lisan mengelu
Membisu dalam deru pilu kelabu
Termangu…
Dalam tanya yang ambigu

Terbelenggu dunia semu
Tak tahu harus kemana mata bertumpu
Karena setiap sudut mengundang pilu
Yang begitu menggugah relung kalbu

Yang membuat alam menjerit tak jemu
Bertanya bertalu-talu
Haruskah begitu dan selamanya begitu???
Mengapa harus saling menyikut??? bukankah sangat indah kalau saling menghormati dan bersatu padu???

Saling mengenggam dan membagi
Satu kata satu hati
Membela yang hak dengan niat murni
Tuk kembali merengkuh martabat yang terlucuti

( Merisusanti Zakaria: Tabba, Cairo, 15 April 2014)

Goresan pena ini terinspirasi dari fenomena prilaku elite politik yang masih membudayakan ‘praktek baku hantam’ selama periode kampanye menjelang pemilu legislatif 9 april 2014 yang lalu. Ceritanya masih seputar sebuah harapan hendaknya ummat bisa menjaga ukhuwah islamiyyah, merapatkan barisan agar hidup lebih berkualitas, bermakna, bermartabat dan diberkahi Allah ‘Azza wa Jalla.