cahaya
Rindu
Rindu…lagi dan lagi kau datang menyapa
Membuai jiwa menabuh bara
Tak tahu harus bagaimana
Rasa ini begitu mendera
Menghayutkan jiwa dalam lara
Melumpuhkan segala usaha dan juga asa
Membuat hidup seakan tak bermakna
Sungguh aku tak kuasa
Aku harus bagaimana?
Oooh wahai Zat Agung pemilik jiwa
Bagaimana meredam rasa yang menyesakkan dada?
Yang selalu datang mengguncang minda
Ahh rindu, rasanya kala dirasa
Takkan bisa dikesan kata
Takkan bisa dilukis rupa
Bahkan dia entah punya wujud ataupun rupa
Tapi dia mampu menghambarkan segala rasa
Membuat mata memandang hampa
Juga membuat lisan tak bisa merasa
Hingga hidup terasa tak lagi bernyawa
Seolah hening tersekap dalam kebimbangan hampa
Menampik terangnya cahaya pelita
Meninggalkan semangat juang yang sedang membakar jiwa
Mengabaikan hidup yang sebenarnya penuh gula-gula
Ahh sungguh aku tak ingin berlama-lama
Larut dalam luka nan lara
Yang membuat langkah tak leluasa
Untuk mantapkan hati menapaki realita
Karena ku tahu nafas ini sangatlah berharga
Kalau hanya tuk berlara durja
Walaupun dalam tanya masih mereka-reka
Bagaimana oh ya Rabbi agar rasa merindu tak lagi mendera?
Namun hidup adalah tentang realita
Sebuah perjuangan bak menapaki anak-anak tangga
Tuk merengkuh pelita jaya nan bercahaya
Agar hidup lebih bermakna dan berwarna
Ahh…rasa
Rindu ini kan selalu ada
Abadi di dalam jiwa
Mengingatkan belahan jiwa yang ada di sana
Tapi tekadku takkan pernah lagi bermuram durja
Demi sang pangeran dan prajurit yang setia
Ku kan membuat hidup penuh warna
Dalam ridha-Nya sang khaliq ‘Azza wa Jalla
( Merisusanti Zakaria***Galau di tengah terik matahari***, Tabba, Cairo, 10 April 2014 )